Menyukaimu
Aku menyukai Gio. Apakah itu salah? Aku tak
menyangka akan memiliki perasaaan seperti ini padanya. Perasaan ini datang
tiba-tiba. Seperti lagunya Maudy Ayunda yang ada salah satu liriknya “Tiba-tiba
cinta datang kepada, ku harap dia rasakan yang sama.”
Aku pun berharap seperti itu. Tapi terkadang aku
pesimis akan hal itu. Aku terkadang merasa bahwa dia membenciku bukan
menyukaiku. Entah lah, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang.
Kini aku masih menyukainya, aku tidak tahu sampai
kapan aku akan terus begini. Aku bahagia jatuh hati padanya, tapi aku juga
sakit.
“Jangan baperan.”
“Why?”
“Mungkin dia cuma php.”
“Mungkin. Setidaknya dia pernah baik padaku.”
“Dasar cewek aneh.”
Itulah pendapat teman-temanku. Untuk masalah asmara
aku lebih percaya pada hatiku. Aku lebih mengikuti kata hatiku. Karna hatiku
akan menuntun pada kebajikan.
Sebuah badai melanda
hatiku. Orang yang aku sukai kabarnya akan pindah sekolah ke luar kota karena orang tuanya. Aku tak
menyangka hal ini akan terjadi. Mengapa drama picisan yang dibuat oleh Tuhan
begini, aku sedih.
“Dia akan pindah.”
“Ya, aku tahu.”
“Sabarlah. Jika kau jodoh dengannya pasti akan bertemu lagi.”
“Semoga.”
Jujur, aku putus asa.
Sudah tidak ada semangat dalam diriku. Dia adalah penyemangatku. Jika dia pergi
semangatku pun ikut pergi.
Sabtu pagi, hari terakhir dia ada disekolah
yang sama denganku. Aku sama sekali sudah tak semangat untuk bersekolah. Aku
memang gadis bodoh yang bergantung pada lelaki yang entah bagaimana perasaannya
padaku.
Hari ini ada acara
perpisahannya dengan teman- teman dan guru-guru di aula sekolah. Aku tidak
kesana. Aku tak bersemangat melihat dia pergi begitu saja. Aku sedih. Aku hanya
duduk melamun dikelas.
“Heyyy.”
“Hmmm, jangan janggu aku. Pergilah.” Ucapku tanpa menoleh.
“Kau menyuruhku pergi?”
Aku pun menoleh pada orang yang menggangguku, dan
ternyata itu dia.
“Kamu.”
“Ya.”
“Bukankah kamu harusnya di aula?”
“Aku sedang izin ke toilet.”
“Ohh.”
Sejenak hening. Aku
bingung harus berkata apa padanya. Aku sama sekali tak ingin mengatakan
kata-kata perpisahan untuknya.
“Aku menyukaimu.”
“Haaaa?”
“Aku menyukaimu.”
“Apa yang kamu katakan?”
“Aku menyukaimu seperti kamu menyukaiku.”
Mendengar itu, warna
wajahku mulai berubah menjadi merah tomat. Aku sama sekali tak menyangka bahwa
dia memiliki perasaan yang sama padaku. Aku bahagia. Sungguh.
“Tapi kamu akan pindah?”
“Apa kau tak mau LDR denganku?”
“Mmmmm.”
“Percayalah, hatiku hanya untukmu.”
“Sungguh?”
“Ya.”
“Baiklah. Jadi sekarang kita pacaran?”
“Ya.”
Tiba-tiba aku mendengar
suara tepuk tangan dan sorak ceria dari teman-temanku. Aku bingung dengan apa
yang terjadi sekarang. Aku sungguh bingung. Bukankah mereka harusnya berada di
aula, tapi mengapa disini.
“Aku sebenernya engga pindah.”
“HAHHHH?”
“Ini ideku, aku ingin mengetahui betapa pentingnya aku untukmu.”
“Ahhh.... Bete.”
“Janganlah marah.”
“HMMMMM.”
Aku sungguh tak percaya
aku dibohongi oleh dia serta semua teman-temanku. Aku di tipu. Bagaimana bisa
di mempunyai suatu ide yang sangat membuatku terpuruk.
Tapi aku bahagia.
Bahagia karna rasa ini tidak sepihak. Rasa ini terbalas. Terima kasih semua.
Terutama dia.
Jadi, percayalah bahwa
semuanya akan indah pada waktunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar